Tuesday, May 13, 2014

Alat Tukar Menukar

Semua kebahagiaan dan kesedihan berasal dari uang.

Setidaknya bagi mereka yang menuhankannya. 

Menyenangkan dan membuat sedih orang lain butuh biaya materiil dan non-materiil.
Memakan uang teman, orang tua, dan atasanmu sendiri.
Dan katanya, bahkan bisa membeli cinta. Bermain lendir per jam.
Juga uang bensin sekedar melepas rindu kepada lelaki cantik dan wanita tampan idaman hatimu.

Menulis ini pun butuh biaya.

Berperan layaknya pengendali alam semesta, kehidupan tentunya,
bahkan untuk kamu yang hobi beribadah (atau sekedar mengguggurkan kewajiban?) dan beramal baik (karena takut neraka dan rindu surga).

Bagaimana kalau kita hancurkan saja b.a.z.i.s di bulan suci?
Memberi kacang sebagai sedekah seperti kepada monyet kelaparan dalam kurungan. Tapi konsep beras boleh juga, untuk perut juga, ya?

Lebih baik sistem purba diberlakukan kembali saja, yaitu barter yang dicontohkan di film kolosal di jaman sebelum sang juru penyelamat lahir? Kenapa tidak? Sama saja, ya?

Ah, aku terlalu tolol untuk menjadi sok tahu dan banyak tanya.

Bagaimana kalau aku memberi saja titah bagi kalian yang gemar berharap, berdoa, bertekuk lutut dan meminta belas kasihan sepanjang waktu agar ada yang memusnahkan uang? Untuk kehidupan lebih baik, juga menghilangkan konsumerisme yang sangat dekat dengan nyawa dan hutang budi, termasuk menyekolahkan anak anda menjadi yang terhormat daripada orangtuanya sendiri.

Membalasnya dengan membuang mereka yang sudah jompo.

Membeli darah dan nafas buatan pada kapital swasta.

~

Pencetak masalah, pengendali kehidupan, sok tuhan, lingkaran setan!

Terkutuklah penemu konsep uang!

No comments:

Post a Comment