Wednesday, May 21, 2014

Tapi Kamu Tidak


Ingatkah hari itu ketika kamu meminjamkanku vespa barumu dan aku mengendarainya masuk ke selokan? Aku kira kamu akan marah besar..

Tapi kamu tidak. Kamu hanya menganggap hal itu sebagai suatu kesialan dan tak bisa dihindarkan.

Ingatkah hari itu ketika aku tak bisa menahan tawa lalu memuntahkan isi mulutku yang penuh makanan ke laptopmu? Aku kira kamu akan membenciku..

Tapi kamu tidak. Kamu hanya ikut tertawa dan membersihkan mulutku setelah itu.

Ingatkah hari itu ketika aku memaksamu untuk pergi ke pantai, lalu sampai akhirnya disana turun hujan deras seperti yang sudah kamu kira? Aku kira kamu akan mengatakan, “Sudah kubilang!”..

Tapi kamu tidak. Kamu hanya membawaku ke saung di dekat pantai lalu mengeringkan rambutku dengan handukmu.

Ingatkah hari itu ketika aku iseng menanggapi lelaki yang menggodaku di social media untuk membuatmu cemburu, dan kamu benar-benar cemburu setelah itu? Aku kira kamu akan meninggalkanku..

Tapi kamu tidak. Kamu hanya menjitak kepalaku keesokan harinya.

Ingatkah hari itu ketika aku lupa memberitahumu bahwa dresscode acara ulang tahun temanku adalah baju formal? Sampai akhirnya kamu datang hanya memakai kaus oblong dan celana jeans. Aku kira kamu akan langsung pulang..

Tapi kamu tidak. Kamu hanya cuek dan menarikku ke meja yang dihidangkan chocolate fondue lalu menyuapiku.

~

Ya, ada banyak hal yang tidak kamu lakukan, tapi kamu tulus menyayangiku, melindungiku, membuatku merasa menjadi wanita yang paling beruntung di seluruh dunia.

Ada banyak sekali hal yang aku ingin lakukan bersamamu ketika kamu kembali membuka mata.

Aku ingin kamu mengajakku berlari menembus padang ilalang yang tersinari oleh lembayung senja. Aku ingin kamu memintaku menemanimu untuk menyelami alam bawah laut yang biru, dengan pilar-pilar cahaya matahari terik yang menelisik masuk menerangi karnaval kehidupan bersirip. Aku ingin berbaring di sebelahmu di bawah pohon yang sejuk, memandangi awan-awan yang mengambang malas di luasnya lantai langit biru yang tak terbatas.

Bahkan andaikan kita harus melepuh terbakar matahari, limbung dihantam angin, dan menciut dicengkeram dingin, aku tetap ingin ada di dalam dekapanmu.

Aku tersenyum membayangkanmu berdiri dari ranjangmu, melepas masker oksigen, melompat keluar dari kamar sambil menarik tanganku menuju antah-berantah, dengan satu-satunya cara untuk menemukan arah kita adalah dengan membaca bintang gemintang.



Tapi kamu tidak.

No comments:

Post a Comment