Post ini adalah tugas individu yang diberikan saat mata kuliah Kesehatan Mental semester empat lalu, yang tak sengaja ditemukan saat iseng membuka-buka folder kuliah. Berisikan tiga pertanyaan sederhana berkaitan dengan kebahagiaan, tugas ini merupakan yang terbaik selama saya berkuliah psikologi, dengan mengentahkan jawabnya benar atau salah. Silahkan dibaca jika ingin mengenali saya lebih dalam, syukur jika dapat sedikit menginspirasi. :)
1. Apakah saya bahagia?
Saya berbahagia dengan hidup saya saat ini. Keluarga yang akan selalu ada untuk saya, teman-teman yang menyenangkan karena kami saling memahami dan mengerti satu sama lain, membuat lubang-lubang lain di celah hidup menjadi tidak terlihat.
Saya juga termasuk orang yang sangat beruntung karena dibandingkan banyak orang lain yang belum juga menemukan gairah hidupnya, saya sudah telah lama menemukan passion saya dalam berkehidupan, yaitu bermusik, dan dengan bidang akademiknya yaitu psikologi.
Musik adalah jiwa saya. Musik itu indah, penuh warna, tak terbatas. Layaknya harmonisasi ribuan galaksi yang berputar pelan, Anda bisa membuatnya diam, melompat-lompat riang, berlari, atau bahkan saling bertubrukan diiringi ledakan maha dahsyat. Keunikan musik dan potensi-potensi yang dapat digali darinya yang membuatku tak pernah lelah tersesat di dalamnya.
Saya juga memutuskan untuk mencoba menggeluti dunia psikologi karena saya ingin menjadi life observer. Memang tak berbeda jauh dengan memahami ranah filsafat, namun dengan berfokus mempelajari, mengerti ketetapan-ketetapannya dan mengetahui kemungkinan-kemungkinan bagaimana "jiwa" manusia dapat bertransformasi menjadi apa saja, maka setidaknya menurut saya, Anda sudah bisa dibilang memahami sebagian arti hidup sebenarnya. Anda lebih dapat mengendalikan diri sendiri karena anda memahaminya luar dalam, pun orang lain. Karenanya menjadi life observer, seharusnya Anda bisa menjadi apa saja. Inilah keyakinan yang saya percayai dari dulu hingga sekarang.
Dengan tidak berfokus kepada kekurangan-kekurangan, dan terus menemukan dan memaksimalkan potensi-potensi yang ada dalam diri sendiri, maka sekali lagi, saya putuskan saya berbahagia saat ini.
2. Apa saja yang membuat saya bahagia?
Kehidupan sosial saya mungkin menjadi salah satu faktor terbesar saya dalam membuat saya bahagia. Adanya apresiasi, pengakuan diri dan konformitas yang terjadi di lingkungan sayalah yang berpengaruh besar dalam membuat saya bahagia.
Selain itu, penyaluran hobi dan minat saya pun tidak terganggu. Bahkan bisa dibilang, mimpi terbesar saya untuk menjadi musisi sudah terbuka lebar untuk saya saat ini. Saya telah bertemu dengan banyak orang-orang hebat dalam bidang musik dan bahkan bisa berteman dekat serta bekerjasama dengan sebagian orang-orang tersebut, yang secara jelas menginspirasi saya untuk terus maju apapun halangannya.
Sekali lagi, karena adanya mimpi. Mimpi-mimpi besar saya yang membuat saya bahagia. Saya hidup untuk mengejar mimpi, dan saya rasa hidup dimaksudkan untuk itu. Dari kecil saya terus didoktrin dan diberi persepsi untuk selalu optimis oleh keluarga saya, dan mereka berhasil. Tidak ada yang tidak mungkin selama kita berniat untuk mengusahakannya. Untuk memantaskan diri atas mimpi-mimpi kita.
3. Apa yang akan saya lakukan agar saya merasa bahagia?
Mimpi-mimpi saya mengajarkan saya secara tidak langsung bahwa hidup ini sangat bermakna. Saya berkepribadian dan berlaku bagaimana adanya saat ini karena adanya dorongan untuk mencapai mimpi itu. Seperti yang telah saya ucapkan di atas, saya terus mengupayakan agar menjadi pantas bagi mimpi-mimpi saya, dan saya pun merasa bahagia untuk melakukannya, tanpa melenceng dari apa yang benar. Saya terus mencoba untuk berikhtiar di jalan-Nya.
Meyakini Allah selalu mendengar doa kita pun membuat saya bahagia, dan hal itu sudah banyak terbukti di dalam kehidupan saya. Di sini saya mengakui kuasa Allah atas semua hal yang terjadi kepada saya, karena saya mempercayai adanya Law of Attraction, adanya hukum tarik-menarik yang telah diturunkan kepada Allah untuk umatnya.
Hukum tarik-menarik disini sebenarnya tidak terjadi layaknya keajaiban seperti kedengarannya, melainkan sangat sederhana, dan sudah saya buktikan dari dulu. Jika kita menginginkan sesuatu, bayangkanlah hal itu terus-menerus, dan bahkan jika perlu bersenanglah seperti keinginan kita sudah terkabul. Ucapkan dalam doa, pikirkan sebelum tidur, batinkan kembali ketika bangun dari tidur. Bersungguh-sungguhlah dalam mengharapkan sesuatu, maka ilmiahnya, sadar ataupun tidak, Anda pun akan bertanggung jawab dalam mewujudkan keinginan Anda tanpa merasa tertekan dan sampai akhirnya takjub ketika menjadi nyata.
Dari dulu ketika saya ingin masuk SMP Negeri favorit, saya sungguh sangat menginginkannya, tapi apakah saya hanya berharap saja, lalu diam? Saya pun berusaha untuk memantaskan diri agar hal itu dapat terjadi, sehingga saya bisa rajin dalam belajar, sampai akhirnya keinginan itu tercapai. Hal itu pun terulang ketika saya ingin masuk SMA Negeri dan juga untuk berkuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sekali lagi, sadar maupun tidak, jika kita benar-benar bersungguh-sungguh, apapun pasti dapat tercapai.
Namun ada satu hal disini yang saya perhatikan, jika keinginan kita mungkin tidak tercapai padahal kita sudah bersungguh-sungguh, yakini saja Allah sudah merencanakan sesuatu yang lebih baik dari apa yang sebenarnya kita inginkan, karena sesungguhnya jenis doa itu ada 3 macam: 1. Yang dikabulkan, 2. Yang ditunda, 3. Yang diganti dengan yang lebih baik lagi. Saya meyakini itu dan saya pun dapat hidup bahagia tanpa berlama-lama larut dalam kesedihan.
Intinya, jika kita optimis dalam memandang sesuatu dalam hidup, kita pun dapat melihat segala hikmah dari apapun yang terjadi. Itu yang orangtua saya ajarkan semenjak kecil, dan saya tetap memegang teguh kalimat-kalimat itu sampai sekarang, semata-mata agar saya dapat menjadi apa yang saya inginkan, dan supaya agar saya bahagia.
No comments:
Post a Comment